9 prinsip gila BOB SADINO

1. Saat orang Ribut Dengan Target yang Dicanangkan, Bagi Bob Sadino Perjalanan Menuju Sukses Justru Tidak Perlu Memiliki Tujuan

Prinsip Bob Sadino perjalanan tidak perlu punya tujuan
Prinsip Bob Sadino perjalanan tidak perlu punya tujuan via gastronomy-aficionado.com
Dalam sebuah wawancara dengan seorang wartawan Bob mengatakan bahwa perjalanan hidup dan bisnisnya selama ini tidak dijalani dengan tujuan yang pasti. Berbeda dengan orang kebanyakan yang mencanangkan target jelas tentang hal-hal yang harus ia capai dalam hidup — Bob Sadino memilih menjalani.
“Dengan adanya tujuan, maka seseorang hanya tertuju pada satu titik yang namanya tujuan. Dia tidak akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang melebihi titik tersebut. Padahal potensi setiap orang sangat mungkin melewati titik tersebut. Jadi sayang dong kemampuan saya, bila harus dipaku oleh tujuan.”
Begitu ujar Bob Sadino ketika ditanya mengenai prinsipnya ini. Bob memang dikenal sebagai orang yang santai dan mengalir, tapi bukan berarti ia tidak punya mimpi. Tujuan tidak dicanangkannya bukan karena malas atau takut tidak bisa mencapai target. Justru “tujuan” atau “target” dianggap sebagai belenggu yang bisa menghalangi langkahnya mencapai hal-hal yang lebih dari sekadar tujuan yang telah disepakati itu.


2. Rencana Adalah Bencana Bagi Bob Sadino. Dalam Bisnis Oom Bob Selalu Menekankan Prinsip “Mengalir Saja”

Prinsip Bob Sadino (2): "Mengalir Saja"
Prinsip Bob Sadino (2): “Mengalir Saja” via www.idolanews.com
“Rencana itu cuma berlaku buat mereka yang belajar manajemen. Dari A, B, C, D, sampai Z. Padahal dalam bisnis tidak ada yang seperti itu, bisnis tidak mungkin lurus dan runut saja. Tapi sayangnya di sekolah kita sudah terlalu sering diajarkan bikin rencana. Padahal rencana itu racun, bencana!”

Bob Sadino, Mereka Bilang Saya Gila
Prinsip “mengalir saja” memang jadi tali pancang dalam perjalanan bisnis Bob Sadino. Dimulai dari menetap di Belanda selama 9 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan pelayaran, Bob beralih haluan jadi pengusaha peternakan ayam saat kembali ke Indonesia. Apakah semua itu direncakan? Jawabnya, “Tidak.”
Bob menjalani bisnisnya sesuai keadaan pasar. Tanpa banyak rencana, ia mengambil peluang paling menguntungkan yang ada di depan mata. Terdengar oportunis memang, tapi dari cara ini Kemfood dan Kemchicks terbukti berhasil jadi pemimpin di bidangnya.


3. Walau Terlahir Sebagai Orang Berada Bob Tidak Mau Berleha-leha. Jadi Kuli Bangunan, Supir Mobil Sewaan, Sampai Pedagang Telur Pernah Dilakoninya

Bob pernah jadi supir mobil sewaan
Bob pernah jadi supir mobil sewaan via rcmbb.wordpress.com
Bob Sadino memang lahir dari keluarga yang cukup berada. Saat ayah dan ibunya meninggal, seluruh warisan keluarga jatuh ke tangan Bob sebagai anak bungsu karena kakak-kakaknya yang lain sudah dianggap cukup mampu. Tapi hidup sebagai anak orang kaya tidak menjadikan Bob manja. Dia memilih berkelana keliling dunia dengan setengah uang warisan yang dimilikinya.
Bob sempat terdampar selama 9 tahun di Belanda untuk bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan pelayaran. Sepulangnya ke Indonesia Bob banting setir jadi pengusaha Mobil Mercedes sewaan, dengan ia sendiri sebagai sopirnya. Sebuah kecelakaan yang dialami membuatnya kehilangan Mercedes kesayangannya sehingga otomatis kehilangan modal.
Dengan kondisi sudah punya anak istri, Bob yang kondisi ekonominya terpuruk akhirnya memilih jadi tukang batu dengan upah hanya Rp 100,00 per hari. Barulah setelah itu ia bertemu dengan kolega lama yang menyarankannya berbisnis telur ayam negeri. Keberhasilan Bob tentu tidak bisa dilepaskan dari kegigihannya berusaha. Ia tidak mau duduk manis dengan uang warisan dari orang tuanya yang sebenarnya sudah cukup dari cukup jumlahnya.


4. Jangan Pernah Cari Untung dan Keberhasilan Dalam Bisnis. Kalau Mau Berhasil Justru Kamu Harus Mencari Kegagalan dan Kerugian!


Kalau mau berhasil justru carilah rugi!
Kalau mau berhasil justru carilah rugi! via metrotvnews.com
Saran-saran Bob dalam dunia bisnis memang terdengar sedikit sinting. Bagaimana tidak, saat sekolah bisnis mengajarkan mahasiswanya bagaimana menghindari kegagalan, Bob justru menyarankan untuk mendekatinya. Ketika hukum ekonomi menyediakan opsi untuk terus meraih keuntungan, Bob malah menyuruh kita untuk merugi.
Seperti biasa, Bob dalam bukunya “Belajar Goblok dari Bob Sadino” selalu memiliki jawaban sendiri atas sarannya ini:
“Orang sudah terlalu terbiasa berpikir secara linier. Kalau mau usaha, pasti mencari untung; mencari berhasil. Padahal dalam usaha itu ya pasti ada rugi dan gagal toh? Bagi kamu yang mau berhasil, justru cari kegagalan sebanyak-banyaknya. Sebab keberhasilan itu hanyalah sebuah titik di puncak gunung kegagalan.”


5. Kalau Mau Usaha Itu Ya Lakukan Saja. Urusan Hitung-hitungan Tak Usah Dipikirkan

Kalau mau usaha langsung lakukan saja. Tak perlu banyak dipikirkan
Kalau mau usaha langsung lakukan saja. Tak perlu banyak dipikirkan via gicibusinessschool.ac.id
Menurut Bob terlalu banyak orang pintar, lulusan Sarjana, yang urung membuka usaha karena terlalu banyak perhitungan. Bob amat menghindari terjebak dalam kukungan prediksi yang membuatnya tak segera melakoni apa yang jadi keinginannya.
Baginya usaha itu tentang melakukan apa yang harus dilakukan, secepat yang ia bisa dengan sumber daya yang dimilikinya.
“Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Padahal yang penting adalah action!”
Di sini pula jawaban Bob tentang sudut pandangnya pada untung-rugi jadi lebih masuk akal:

“Kalau kita mencari untung duluan, usaha belum tentu dilakukan karena takut rugi. Tapi kalau mencari rugi, usaha pasti dilakukan karena ga takut untung.”


6. Kuliah Hanya Akan Mengajarkanmu Untuk Tahu. Tapi Bagi Bob Jalanan yang Mengajarkannya Untuk Bisa Jadi Perasa

Bergelut di lapangan membuatmu jadi perasa
Bergelut di lapangan membuatmu jadi perasa via muadzin.com
“Teori adalah sebuah informasi basi.”
Begitu ujar Bob ketika dalam suatu kesempatan ditanya mengenai pendapatnya soal bangku kuliah. Dalam berbagai seminar yang diberikannya Bob dengan lantang mengatakan bahwa kuliah adalah sebuah kesia-siaan. Bob bahkan dengan keras berkata bahwa kuliah sama dengan memasukkan sampah ke otakmu. Pendapatnya tentang mahasiswa yang ber-IPK tinggi juga tak kalah pedas.
“Kalau mahasiswa IPK nya sudah 3 koma itu alamat jadi karyawan saja lah. Kalau mau jadi pengusaha, IPK jeblok saja. Karena dengan begitu mau tak mau kamu akan ditolak perusahaan dan terpaksa membuka usaha sendiri.”
Bob memang belajar semua dari pengalaman langsung di lapangan. Baginya pendidikan hanya membuat seseorang jadi pribadi yang pintar bicara, tanpa bisa melaksanakan apa yang sudah direncanakannya.


7. Kemfood dan Kemchick Adalah Bukti Kecerdikan Bob Melirik Peluang Usaha. Menciptakan Pasar Sendiri Adalah Cara Terampuh Untuk Berhasil Sebagai Wirasusaha

Kemchick dan Kemfood bukti nyata Bob cerdik melirik peluang usaha
Kemchick dan Kemfood bukti nyata Bob cerdik melirik peluang usaha via r3ynard.deviantart.com

Saat Bob memulai usaha ternak ayam petelurnya Bob sempat dicibir sebagai “orang gila” karena dianggap tak akan berhasil. Saat itu pasar telur dalam negeri memang masih didominasi oleh telur ayam kampung yang terkenal lama proses produksinya. Atas bantuan seorang kolega lama yang iba atas kondisi ekonomi Bob yang terpuruk, Bob pun memulai bisnis ternak telur ayam negeri dengan target pasar orang asing di sekitar Kemang.
Tindakan yang dianggap “gila” oleh kebanyakan orang ini sebenarnya merupakan sebuah langkah yang cerdik. Telur ayam dan berbagai daging olahan merupakan panganan konsumsi utama orang asing yang masih belum bisa dipenuhi demand-nya oleh produsen yang ada saat itu. Terlebih fasihnya Bob dan sang istri dalam berbahasa Inggris membuat pelanggan ekspatriat mereka merasa nyaman.
Karena kegigihan dan pelayanan primanya, perlahan bisnis Bob pun berkembang pesat. Kini Kemfood dan Kemchick telah punya nama besar di antara pelanggan setianya. Tak hanya berkecimpung di daging olahan saja, Bob Sadino pun melirik usaha sayuran holtikultura sebagai pengembangan bisnisnya. Gila dan tidak sesuai trend semua ‘kan? Tapi berhasil!


8. Walau Sudah Berhasil Bob Selalu Menekankan Pada Calon Pengusaha Untuk Jadi Dirinya Sendiri. Jangan Pernah Jadi Mesin Fotokopi, Sesukses Apapun Orang yang Ingin Kamu Fotokopi

Bob tidak ingin mejadikan orang lain sebagai fotokopinya
Bob tidak ingin mejadikan orang lain sebagai fotokopinya via digitamamedia.blogspot.com
Sejak awal kemunculannya Bob dikenal dengan penampilannya yang nyentrik. Selalu mengenakan celana pendek dan berkemeja sederhana. Keunikannya ini bahkan membuat Bob sempat diusir dari gedung DPR karena mengenakan celana pendek. Seperti biasa, Bob pun hanya menjawabnya dengan kelakar:
“Mending mana? Saya pakai celana pendek tapi beli pakai uang sendiri atau celana panjang tapi pakai uang rakyat? Hahahahaha.”
Nilai menjadi diri sendiri memang amat Bob junjung tinggi. Ia tidak ingin menjadi fotokopi siapapun dalam menjalani hari. Prinsip ini juga yang ditekankan Bob pada mereka yang ingin menuai kesuksesan seperti dirinya,
“Saya tidak pernah mau membagikan kunci sukses saya. Karena sekali lagi, semua itu ya mengalir saja. Lagipula kalau orang meniru saya, apa bedanya mereka dengan mesin fotokopi? Hina sekali jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang, Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami.”


9. Sampai Akhir Nafasnya Bob Sadino Tetap Hidup Sederhana Sebagai Manusia. Ia Tak Pernah Merasa Lebih Dari Orang-Orang di Sekitarnya

Sampai akhir hayat Bob tetap sederhana sebagai manusia
Sampai akhir hayat Bob tetap sederhana sebagai manusia via digitamamedia.blogspot.com
Sampai akhir hayatnya Bob menjalani hidup tetap dengan prinsip apa adanya. Pakaian dan penampilan tetap sederhana, khas malah dengan celana pendeknya. Rumahnya yang 2 hektar juga disebut sebagai memanfaatkan apa yang ada. Rumah itu merupakan eks-kebun Bob Sadino yang tidak terpakai, hingga dimanfaatkan sebagai rumah.
Bukan cuma soal gaya hidup. Bob pun dikenal sebagai atasan yang amat memanusiakan bawahannya. Tidak ada pegawai Kemchick dan Kemfood yang ia “comot” dari tengah, semua ia proses dari bawah agar tidak menimbulkan kecemburuan.
Di masa-masa akhir hidupnya Bob bahkan sudah malas menenteng titel “pengusaha.” Ia memilih menyebut dirinya sebagai pengangguran saja.
“Saya hanya penganggur. Tapi saya bisa ekspor ribuan ton ke Jepang. Saya punya kemchick sebagai supermarket, kemfood untuk daging olah dan saya punya 1.600 orang yang bekerja di perusahaan saya. Mau ngapain lagi saya? Jadi saya nganggur.”

Selamat jalan Oom Bob Sadino. Terima kasih telah mengajarkan bahwa menjadi pengusaha itu sebenarnya sederhana. Dan sesukses apapun kita, ternyata kita tak boleh lupa untuk jadi manusia yang selalu setia pada akarnya.
Until we meet again, Oom….
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment